Jumat, 28 November 2014

Nasib obat

KESIMPULAN


Nasib obat ditentukan oleh tiga mekanisme, yakni secara farmasetis, farmakokinetik, dan farmakodinamik. Dalam farmasetis obat akan mengalami proses penyesuaian isi/bahan-bahan yang sesuai dan akan membantu dalam proses pemecahan, pelarutan, penyerapan nantinya ketika obat tersebut masuk ke dalam tubuh. Sedangkan fase farmokokinetik obat akan mengalami proses ADME (Adsorpsi, Distribusi, Metabolisme, Ekskresi) dan fase difusi terdapat dalam proses metabolime, bagaimana molekul zat (obat yang telah melarut kedalam pelarut/telah mengalami disolusi) akan dibawa oleh gerakan molekular secara acak dan berhubungan dengan adanya perbedaan konsentrasi aliran molekul melalui suatu batas (membran polimer), sehingga mengalami perpindahan.
Perpindahan tersebut terjadi dalam dua cara, (a) difusi molekular atau permeasi melalui media yang tidak berpori bergantung pada disolusi dari molekul yang menembus dalam keseluruhan membran, contohnya transpor teofilin melalui membran polimer. (b) proses difusi perjalanan suatu zat melalui pori suatu membran yang berisi pelarut, serta dipengaruhi oleh ukuran relatif molekul yang menembusnya serta diameter dari pori tersebut.
Kedua cara tersebut menjadi faktor penentu dalam cepat-lambatnya molekul berdifusi, selain itu kecepatan molekul berdifusi juga dipengaruhi oleh:
  • Ukuran partikel. Semakin kecil ukuran partikel, semakin cepat partikel itu akan bergerak, sehingga kecepatan difusi semakin tinggi.
  • Ketebalan membran. Semakin tebal membran, semakin lambat kecepatan difusi.
  • Luas suatu area. Semakin besar luas area, semakin cepat kecepatan difusinya.
  • Jarak. Semakin besar jarak antara dua konsentrasi, semakin lambat kecepatan difusinya.
  • Suhu. Semakin tinggi suhu, partikel mendapatkan energi untuk bergerak dengan lebih cepat. Maka, semakin cepat pula kecepatan difusinya.
Setelah molekul obat berhasil menembus membran barulah molekul tersebut mengalami fase pengansorbsian dan akan disampaikan ke reseptor melalui sistem sirkulasi dan mencapai target reseptor yang dipengaruhi oleh aliran darah dan konsentrasi jumlah darah di reseptor tersebut. Distribusi obat di darah, organ, dan sel tergantung dosis dan rute pemberian, lipid solubility obat, kemampuan berikatan dari protein plasma dan jumlah aliran darah ke organ dan sel. Kebanyakan obat akan mengalami biotransformasi  (metabolisme) dulu agar dapat dikeluarkan dari tubuh (ekskresi). Pada azasnya, tiap obat adalah zat asing yang tidak diinginkan tubuh, sehingga tubuh berusaha merombak zat tersebut menjadi metabolit yang bersifat hidrofil agar lebih lancar diekskresikan melalui ginjal, jadi reaksi biotransformasi merupakan peristiwa detoksikasi. Biotransformasi berlangsung terutama di hati, saluran pencernaan, plasma dan mukosa intestinal.
Sedangkan fase farmakodinamik merupakan terjadinya interaksi obat dengan reseptornya, sehingga dapat memberikan efek terapi yang diinginkan.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar