Jumat, 28 November 2014

makalah fisika dasar 1




BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak terlepas dari ilmu fisika, dimulaidari yang ada dari diri kita sendiri seperti gerak yang kita lakukan setiap saat,energi yang kita pergunakan setiap hari sampai pada sesuatu yang berada diluar diri kita,seperti yang ada dilingkungan kita. Dalam jenjang perguruan tinggi, seorang mahasiswa diharapkan tidak hanya mengikuti perkuliahan dengan baik, namun lebih dari itu juga dituntut untuk mendalami dan menguasai disiplin ilmu yang dipelajarinya sehingga nantinya akan menghasilkan sarjana-sarjana yang berkualitas dan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata dan bermanfaat bagi masyarakat.
Disiplin ilmu teknik merupakan disiplin ilmu yang eksak dan banyak menerapkan ilmu-ilmu murni yang diterapkan kepada masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga ilmu-ilmu yang berhubungan dengan bidang-bidang keteknikan mutlak untuk dikuasai mahasiswa teknik, tidak hanya dari segi teori juga dari segi prakteknya. Apalagi dalam menghadapi era globalisasi saat ini, serta pasar bebas yang akan segera kita masuki, lebih menuntut penguasaan dan penerapannya dalam menghadapi masalah-masalah yang kompleks.
Ternyata dalam aplikasi ilmu tersebut, tgas yang diberikan kepada mahasiswa tidak akan dikuasai sempurna tanpa adanya praktek-praktek yang merupakan salah satu sarana yang baik untuk menguasai ilmu sekaligus mempraktekannya. Demikian juga dengan praktikum Fisika Dasar I ini.
Fisika dalam bidang teknik khususnya Teknik Sipil merupakan hal yang sangat penting dan benar-benar harus dikuasai secara teori dan praktek. Dengan latar belakang itulah, maka kami mahasiswa teknik sipil semester I diberi tugas praktikum mata kuliah Fisika Dasar yang dilaksanakan di Laboratorium Pusat dibawah bimbingan dosen dan team asisten pembantu dosen.
 
1.2 Tujuan Penulisan
1. Memperdalam wawasan pengetahuan tentang mata kuliah Fisika Dasar I.
2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh praktikum fisika dasar I dalam kehidupan   sehari-hari.
3. Dapat menggunakan alat-alat ukur dengan baik dan benar.
4. Mengembangkan daya nalar mahasiswa untuk menganalisa data dan membuktikan kebenaran ilmiah.
5. Menunjang pemahaman materi kuliah yang disampaikan dosen.
6.      Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menggunakan alat ukur jangka sorong,micrometer sekrup,spherometer,kesetimbangan,bandul sederhana,dan gesekan.

1.3 Landasan Teori
Terdapat berbagai macam alat ukur untuk menentukan ukuran panjang antara lain mistar, jangka sorong, micro meter sekrup, dll. Alat-alat tersebut disebut alat ukur langsung karena obyek yang diukur akan dibandingkan dengan skala pada alat ukurnya secara langsung.
Perlu diingat definisi konsep yang berkaitan dengan pengukuran antara lain :
Sistem satuan : ………?
Batas ukur : ………?
Ketelitian : ………?
Alat ukur massa yang umum adalah neraca, sedangkan alat ukur waktu adalah arloji atau stopwatch.
Besaran ukuran dapat ditentukan dengan mengukur besaran dasar tersebut, misalnya ukuran luas kertas ditentukan oleh panjang dan lebar kertas. Ukuran volume balok dinyatakan dengan panjang, lebar dan tebalnya. Di sini perlu diingat konsep yang berkaitan dengan menyatakan hasil pengukurannya, misal : Angka penting, ketidakpastian hasil/ralat, dll.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas,penulis membuat rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Adakah pengaruh praktikum fisika dasar I dalam kehidupan sehari-hari?
2.      Bagaimana cara menggunakan alat-alat ukur dengan baik dan benar?
3.      Langkah-langkah apa saja yang harus dilakukan dalam menggunakan alat ukur jangka sorong,micrometer sekrup,spherometer,kesetimbangan,bandul sederhana,dan gesekan?




BAB II

PEMBAHASAN

Pengukuran adalah suatu tekhnik untuk menyatakan suatu sifat fisis dalam bilangan sebagai hasil membandingkan dengan suatu besaran baku yang diterima sebagai satuan. Untuk mengukur suatu benda digunakan alat-alat ukur, adapun alat-alat ukur yang sering digunakan adalah jangka sorong, mikrometer sekrup, spherometer, atau alat ukur lainnya.
2.1. JANGKA SORONG
Jangka sorong adalah suatu alat ukur panjang yang dapat dipergunakan untuk mengukur panjang suatu benda dengan ketelitian hingga 0,1 mm. keuntungan penggunaan jangka sorong adalah dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin, maupun kedalam sebuah tabung.           
Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang dilengkapi dengan nonius, sehingga tingkat ketelitiannya ada yang sampai 0,02 mm, tanpa nonius jangka sorong mempunyai nst skala utama adalah 1mm dan batas ukur 150 mm.
            Pada nonius jangka sorong biasanya didapatkan 49 bagian utama, 50 bagian skala nonius, atau 50 bagian skala nonius 49mm, sehingga jarak antara dua skala nonius terdekat adalah 49/50 mm = 0,98 mm. Nst skala nonius jangka sorong dapatdicari dengan rumus :
Nst nonius     = selisih jarak antara dua nst skala utama dengan jarak antara dua skala nonius
                      = (1 – 0,98) mm = 0.02 mm
Atau
Nst nonius     = ( 1/n ) ( nst tanpa nonius )
                      = ( 1/50) ( 1 mm )
                       =0,02 mm
Keterangan   :
Nst nonius    : nilai skala terkecil dangan nonius
 n                  : jumlah skala nonius
                      
                       Secara umum jangka sorong terdiri dari dua bagian yaitu rahang tetap dan rahang  geser. Jangka sorong juga terdiri atas dua bagian yaitu skala utama dan skala nonius, skala utama terdapat pada rahang tetap dan skla nonius terdapat pada rahang geser. Kegunaan jangka sorong adalah untuk mengukur diameter luar dengan cara menjepitkan benda antara bawah, untuk mengukur kedalaman atau ketinggian benda dengan cara menancapkan atau memasukkan batang pengukur kedalam benda, untuk mengukur diameter dalam dengan cara memasukkan rahang atas  pada rongga benda tersebut.
                       Jangka sorong memiliki 10 skala utama yang panjangnya 1 cm,dengan kata lain jarak dua skala utama yang saling berdekatan adalah 0,1 cm. Sedangkan 10 skala nonius memiliki panjang 0,9 cm, dengan kata lain jarak dua skala nonius yang saling berdekatan adalah 0,09 cm. Jadi, beda skala utama dengan satu skala nonius adalah 0,1 cm – 0.09 cm = 0,01 cm atau 0,1 mm, sehingga skala terkecil dari jangka sorong adalah 0,1 mm/0,01 cm. Ketelitian dari jangka sorong adalah setengah dari skala terkecil. Jadi ketelitian jangka sorong adalah :
                    Dx = ½ x 0,01 cm = 0,005 cm
Dengan ketelitian 0,005 cm, maka jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter sebuah kelereng atau cincin dengan lebih teliti (akurat).     
                       Skala nonius juga disebut skala “vernier” diambil dari nama penemunya “Peiri Vernier”, seorang ahli tekhnik berkebangsaan Perancis. Jangka sorong kadang-kadang disebut juga mistar geser, jangka geser atau schulfmaat. Prinsipnya sama dengan mistar ukur yaitu dengan mistar adanya skala linear pada batangnya, sedangkan perbedaannya terletak pada pengukuran objek ukur. Pada jangka sorong dibuat  rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak yang berfungsi sebagai sensor untuk menjepit benda ukur sewaktu melakukan pengukuran.
                       Jangka sorong sangat berguna dalam mengukur dimensi. Hasil pengukuran sangat bergantung pada ketelitian pengguna maupun alat sebagai produk keluaran dilengkapi dengan bacaan digital. Pada versi analog untuk ketelitian adalah 0,05 mm, untuk jangka sorong dibawah 30 cm dan diatas 30 cm.
                       Hasil pengukuran jangka sorong ( H ) adalah berdasarkan hasil bacaan skala utama + hasil bacaan skala nonius dengan patokan angka nol ( 0 ) skala nonius ( skala geser ) x 0,05 ( nst skala nonius ).
 Dalam pengukuran dikenal dua kesalahan,yaitu :
1.      Kesalahan Mutlak
                       Adalah kesalahan maksimal yang mungkin dilakukan dalam pembacaan nonius, besar kesalahan mutlak ± 0,05 mm.
2.      Kesalahan Relatif
                       Adalah perbandingan antara kesalahan mutlak dengan harga yang diukur. Kesalahan relatif sering dinyatakan dalam perser ( % ) dan dibulatkan hingga 1% teliti.
                       Adapun macam dan sumber kesalahan sangat bergantung pada banyak sedikitnya  sumber-sumber kesalahan yang menyertai pada saat pengukuran berlangsung, keadaan dari alat ukur dan kondisi indera pengamat. Pada percobaan dan pengukuran terdapat dua kesalahan, yaitu :
1.      Kesalahan Sistematis
·         kesalahan kalibrasi alat adalah kesalahan hasil pengukuran akibat ketidaktepatan harga skala pada waktu alat ukur dibuat.
·         Kesalahan nol adalah titik nol skala tidak berimpit dengan penunjuknya.
·         Kesalahan eksperiman adalah akibat salah dalam penggunaan alat.
·         Kesalahan pengamat adalah salah cara pandang skala atau karena kerusakan mata pengamat.
2.      Kesalahan Rambang atau Random
               Yang disebabkan oleh gerak Brown molekul udara yang mempengaruhi penunjukkan alat. Alat ukur halus, kesalahan yang berfluktuasi adalah diakibatkan adanya perubahan-perubahan sedikit yang terjadi secara tidak teratur, gangguan-gangguan kecil, misalnya gerakan atau getaran motor di sel dan ketidakteraturan ukuran benda.

prosedur kerja  menggunakan jangka sorong adalah sebagai berikut:
a.       Sebelum melakukan pengukuran observasilah terlebih dahulu jangka sorong yang digunakan. Carilah batas ukur maksimum serta ketelitiannya.
b.      Lakukan pengukuran dengan menjepitkan benda ukur antara rahang bawah untuk mengukur diameter luar dan panjang benda. Kemudian kencangkan sekrup penahan dan baca skala yang ditunjukan skala utama dan skala nonius.
c.       Lakukan juga pengukuran diameter dalam benda ukur dengan memasukkan rahang atas pada rongga benda ukur tersebut. Kencangkan sekrup penahan dan baca skalanya.
d.      Kemudian lakukan pengukuran kedalaman tabung reaksi atau gelas ukur dengan memasukkan ujung batang yang dapat bergerak ke dalam benda ukur tersebut dan kencangkan sekrup penahan serta baca skla yang di tunjukkan.
e.       Lakukan pengukuran 5 kali masing-masing, untuk pengukuran:
1.      Diameter luar silinder materi
2.      Tinggi silinder materi
3.      Diameter dalam tabung reaksi
4.      Kedalaman tabung reaksi
f.       Cari isi silinder materi dan tabung reaksi.
g.      Laporkan hasil yang di peroleh beserta ketidak pastian mutlak dan ketidakpastian relatif.
h.      Simpulkan hasil percobaan
                       Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa jangka sorong dapat dipergunakan untuk mengukur diameter luar sebuah kelereng, diameter dalam sebuah tabung atau cincin maupun untuk mengukur kedalaman sebuah tabung. Berikut akan dijelaskan langkah-langkah menggunakan jangka sorong untuk keperluan tersebut :
1.      Mengukur diameter luar
              Untuk mengukur diameter luar sebuah benda (misalnya kelereng) dapat dilakukan     dengan langkah sebagai berikut :
 * Geserlah rahang geser jangka sorong kekanan sehingga benda yang diukur dapat masuk diantara kedua rahang (antara rahang geser dan rahang tetap)
* Letakkan benda yang akan diukur diantara kedua rahang.
* Geserlah rahang geser kekiri sedemikian sehingga benda yang diukur terjepit oleh kedua rahang
* Catatlah hasil pengukuran anda
2.      Mengukur diameter dalam
            Untuk mengukur diameter dalam sebuah benda (misalnya diameter dalam sebuah cincin) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
* Geserlah rahang geser jangka sorong sedikit kekanan.
* Letakkan benda/cincin yang akan diukur sedemikian sehingga kedua rahang jangka        sorong masuk ke dalam benda/cincin tersebut
* Geserlah rahang geser kekanan sedemikian sehingga kedua rahang jangka sorong menyentuh kedua dinding dalam benda/cincin yang diukur
* Catatlah hasil pengukuran anda
3.   Mengukur kedalaman
            Untuk mengukur kedalaman sebuah benda/tabung dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :
* Letakkan tabung yang akan diukur dalam posisi berdiri tegak.
* Putar jangka (posisi tegak) kemudian letakkan ujung jangka sorong ke permukaan tabung yang akan diukur dalamnya.
* Geserlah rahang geser kebawah sehingga ujung batang pada jangka sorong menyentuh dasar tabung.
* Catatlah hasil pengukuran anda.

                       Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan jangka sorong, yaitu:
1. Sebelum melakukan pengukuran bersihkan jangka sorong dan benda yang akan diukurnya.
2. Sebelum jangka sorong digunakan, pastikan skala nonius dapat bergeser dengan bebas.
3. Pastikan angka “0” pada kedua skala bertemu dengan tepat.
4. Sewaktu mengukur usahakan benda yang diukur sedekat mungkin dengan skala utama. Pengukuran dengan ujung gigi pengukur menghasilkan pengukuran yang kurang akurat.
5. Tempatkan jangka sorong tegak lurus dengan benda yang diukur.
6. Tekanan pengukuran jangan terlampau kuat, karena akan menyebabkan terjadinya pembengkokan pada rahang ukur maupun pada lidah pengukur kedalaman. Jika sudah pas, kencangkan baut pengunci agar rahang tidak bergeser, tetapi jangan terlalu kuat karena akan merusak ulir dari baut pengunci.
7. Dalam membaca skala nonius upayakan dilakukan setelah jangka sorong diangkat keluar dengan hati-hati dari benda ukur.
8. Untuk mencegah salah baca, miringkan skala nonius dampai hampir sejajar dengan bidang pandangan, sehingga akan memudahkan dalam melihat dan menentukan garis skala nonius yang segaris dengan skala utama.
9. Untuk mencegah karat, bersihkan jangka sorong dengan kain yang dibasahi oleh oli setelah dipakai.

                       Berikut adalah beberapa contoh penggunaan jangka sorong dalam pengukuran dimensi benda ukur.              
           
                     ( a )                                                                  ( b )
Gambar 3.14 Pengukuran dengan jangka sorong: a) bagian luar b) bagian dalam

                
Gambar 3.15 Jangka sorong digunakan untuk mengukur kedalaman

                     Jangka sorong biasanya digunakan untuk:
1. mengukur suatu benda dari sisi luar dengan cara diapit;
2. Mengukur sisi dalam suatu benda yang biasanya berupa lubang (pada pipa, maupun lainnya) dengan cara diulur;
3. Mengukur kedalamanan celah/lubang pada suatu benda dengan cara “menancapkan/menusukkan” bagian pengukur.
4. Jangka sorong memiliki dua macam skala: skala utama dan nonius.

Lihat contoh cara mengukur di bawah.

1. Hal pertama yang kita lakukan adalah melepaskan pengunci.
2. Memasangkan dan menggeserkan rahang geser hingga bola mini terjepit diantara rahang geser dan rahang tetap, lalu mengunci rahang geser.
3. Amati skala nonius dan mencari garis pada skala nonius yang segaris dengan garis skala pada skala utama. Pada contoh ini, kita mendapatkan angka 40 (atau 0,4 mm).
4. Amati skala utam dan cari garis pada skala utama yang terdekat dengan garis 0 pada skala nonius. Pada contoh ini, kita mendapatkan angka 32 mm.
5. Jumlahkan hasilyang kita dapatkan dari skala utama dan skala nonius, yaitu 32 mm + 0,44 mm = 32,4 mm.

·         Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius dua puluhan






·         Cara pembacaan jangka sorong dengan nonius lima puluhan


                       Jangka sorong sebagaimana tampak pada gambar alat ukur panjang yang lebih teliti dari pada mistar, mistar mingsut merupakan nama lain dari jangka sorong, mistar geser, jangka geser, atau sehulfmaat. Prinsipnya sama dengan mistar ukur yaitu adanya skala linier pada batangnya, sedangkan perbedaannya terletak pada cara pengukuran objek ukur.


2.2.  MIKROMETER SEKRUP
                       Mikrometer sekrup adalah alat ukur panjang yang mempunyai batas ukur maksimal 25 mm. Alat ini mempunyai nonius sehingga ketelitiannya dapat mencapai 0,01 mm. Tanpa nonius nst skala utama alat ini adalah 0,5 mm, karena pada jarak 25 mm skala utama terbagi dalam 50 skala sehingga jarak antara dua skala terdekat adalah 25/50 mm = 0,5 mm.
             Skala pada mikrometer sekrup ada dua yaitu ;
1.      Skala Utama (SU), yaitu skala pada  pegangan yang diam (tidak berputar) ditunjuk oleh bagian kiri pegangan putar dari mikrometer sekrup. Pada gambar  terbaca besar Skala Utama , SU = 10,0 mm
2.      Skala Nonius (SN), skala pada pegangan putar yang membentuk garis lurus dengan garis mendatar skala diam dikalikan 0,01 mm. Dari gambar terbaca SN = (40 x 0,01)mm = 0,4 mm
Hasil Pengukuran (HP) adalah penjumlahan Skala Utama dan Skala Nonius. HP = SU + SN = (10,0 + 0,4)mm = 10,4 mm
                       Mikrometer sekrup mempunyai nonius skala putar yang terdiri atas 50 skala ( untuk sekali putaran ) yang sama harganya dengan jarak satu skala utama. Karena harga satu bagian skala nonius adalah 0,5/50 mm = 0,01 mm ( nst nonius mikrometer sekrup tingkat ketelitian mikrometer sekrup ).
                       Hasil pengukuran dengan mikrometer sekrup ( H ) adalah ( jumlah skala utama sampai atas skala nonius  x  0,5mm) + ( jumlah skala nonius sampai garis skala nonius yang segaris dengan garis horizontal pada skala tetap  x  0,01 mm ).
                         Mikrometer sekrup merupakan alat ukur linier yang mempunyai kecermatan yang lebih baik dari pada jangka sorong, pada umumnya kecermatan 0,01 mm. Kadang ada pula yang dibuat dengan kecermatan 0,005 mm, 0,002 mm, 0,001 mm. Bahkan sampai 0,0005 mm (dibantu dengan sekala nonius). Karena keterbatasan dari ketelitian pembuatan ulir yang merupakan komponen utama dari sistem penyebab mikrometer sekrup maka derajat kepercayaan atas hasil pengukuran akan turun apabila mikrometer sekrup mempunyai kecermatan yang lebih kecil dari 0,05 mm.
                       Dewasa ini micrometer juga dibuat dalam berbagai bentuk yang masing-masing mempunyai kegunaan tertentu,misalnya seperti mkrometer luas dengan kapasitas 25 mm.Mikrometer luar dengan landasan teteap yang dapat dig anti,micrometer dengan jam ukur/micrometer indicator dan micrometer batas.
                       Mikrometer sekrup umumnya digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas. Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter benda kecil, dengan ketelitian sampai 0,01 mm atau 0,0001 cm. Mikrometer sekrup punya 2 yaitu skala utama dan skala nonius.
                       Skala Nonius ditunjukkan oleh selubung luarnya. Bila selubung berputar satu kali, maju atau mundur akan memiliki nilai 0,5 mm. Skala pada selubung dibagi menjadi 50 bagian yang sama besar, sehingga tiap bagian skala pada selubung yang tergeser sama dengan : 1/50 x 0.50 mm = 0,01 mm atau 0,001 cm. oleh karena itu batas ketelitian mikrometer sekrup adalah 0,001cm
                       Bagian utama mikrometer sekrup ialah sebuah poros berulir yang terpasang pada sebuah silinder pemutar yang disebut Bidal. Poros berulir masuk mengulir pad silinder berskala 0,01 mm dan 0,5 mm. Silinder berskala ini tepat dilingkup oleh silinder pemutar ter bagi oleh garis-garis skala menjadi 50 bagian yang sama. Ulir pada batang silinder pemutar mempunyai ketepatan 0,5mm, ini artinya kalau ulir silinder diputar satu putaran, ia maju atau mundur 0,5 mm, karena silinder pemutar memiliki 50 skala disekelilingnya.  Kalau silinder pemutar berputar sebesar satu skala , batang silinder maju atau mundur 0,5/50 mm = 0,01 mm atau 0,001 cm. Dengan demikian skala pada silinder berskala menunjukkan ukuran dalam milimeter dan tengahan milimeter, sedangkan skala pada silinder pemutar menunjukkan ukuran dalam persatuan milimeter.
                       Setelah digunakan dalam jangku tertentu, maka semua alat ukur termsuk mikrometer sekrup harus dikalibrasi. Kalibrasi dapat dilakukan secara periodik dalam selang waktu tertentu tergantung dari frekuensi penggunaan alat ukur mikrometer sekrup tersebut.
                       Kalibrasi mirometer sekrup dapat dilakukan dengan cara pemeriksaan sebagai berikut :
·         Gerakkan silinder putar / poros ukur, harus dapat berputar dengan baik agar tidak terjadi goyangan, karena ausnya ulir utama.
·         Kedudukan nol, apabila mulut ukur dirapatkan maka garis referensi harus menunjukkan nol.
·         Kerataan dan kesejajaran muka ukur ( permukaan sensor ), karena keausan maka muka ukur dapat menjadi tidak rata dan tidak sejajar.
·         Kebenaran dari penunjukkan harga pengukuran.
·         Beberapa bagian lain seperti gigi gelincir ( racet ) dan pengunci poros ukur,maka harus berfungsi dengan baik.

Persyaratan Kalibrasi
ü  Kalibrasi dilakukan dalam suhu 20 °C ± 1 °C dan kelembaban relatif 55 % ±
10 %
ü  Untuk pemeriksaan digunakan optical flat atau optical parallel dengan
kerataan kurang dari 0,1 μm.
ü  Untuk pemeriksaan kesejajaran digunakan optical parallel dengan keratann
kurang dari 0,1 μm dan kesejajaran kurang dari 0,2 μm, dan/atau gauge block
Kelas 0 atau Kelas 1 (ISO3650) atau yang setara.
ü  Untuk pengukuran kesalahan penunjukan digunakan balok ukur Kelas 0 atau
Kelasi 1 (ISO 3650) atau yang setara.
             
                       Suatu mikrometer sekrup secara luas diunakan alat didalam tekhnik mesin elektro untuk mengukur ketebalan secara tepat dari blok-blok luar, garis tengah, kerendahan dan batang-batang slot. Mikrometer sekrup ini banyak dipakai dalam bidang metrologi.
                       Mikrometer sekrup mempunyai 3 jenis umum pengelompokkan yang didasarkan pada aplikasi berikut :
1.            Mikrometer sekrup luar
                       Alat ukur yang dapat mengukur dimensi luar dengan cara membaca jarak antara dua muka ukur sejajar yang berhadapan, yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada satu sisi rangka berbentuk U, dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak tegak lurus terhadap muka ukur, dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle. Digunakan untuk ukuran memasang kawat-kawat, lapisan-lapisan, blok-blok dan batang-batang.
2.            Mikrometer dalam jenis tubular (mikrometer dalam dua-titik)
                       Alat ukur yang dapat mengukur dimensi dalam dengan cara membaca jarak antara dua muka ukur sferis yang saling membelakangi, yaitu sebuah muka ukur tetap yang terpasang pada batang utama dan sebuah muka ukur lainnya yang terletak pada ujung spindle yang dapat bergerak searah dengan sumbunya, dan dilengkapi dengan sleeve dan thimble yang mempunyai graduasi yang sesuai dengan pergerakan spindle..Mikrometer sekrup dalam digunakan untuk mengukur garis tengah dari lubang suatu benda.
3.            Mikrometer sekrup kedalaman
                       Mikrometer sekrup kedalaman digunakan untuk mengukur kerendahan dari langkah-langkah dan slot-slot.

Prosedur Kalibrasi :
v  Pengukuran kerataan muka ukur mikrometer luar dan mikrometer kepala
*        Letakkan sebuah optical flat atau optical parallel pada permukaan ukur.
Hitung banyaknya garis interferensi merah yang timbul dari cahaya putih pada
permukaan kontak muka ukur. Satu garis merah dapat diasumsikan sama
dengan 0,3 μm.
*        Lakukan pemeriksaan kerataan pada kedua muka ukur.
v  Pengukuran kesejajaran muka ukur mikrometer luar
*          Menggunakan Optical Parallel
·         Letakkan sebuah optical parallel, atau gabungan sebuah balok ukur yang
diapit dua optical parallel, pada muka ukur tetap sedemikian sehingga pola
interferensi menjadi satu warna saja atau timbul pola kurva tertutup.
Kemudian putar ratchet hingga muka ukur spindle merapat pada permukaan
optical flat. Hitung banyaknya garis interferensi merah yang timbul dari
cahaya putih pada permukaan kontak muka ukur spindle.
·       Lakukan pemeriksaan di atas sedikitnya pada empat nilai ukur, masing-masing terpaut ¼ putaran spindle.
*        Menggunakan Balok Ukur
·       Letakkan sebuah balok ukur di tengah kedua muka ukur dan putar ratchet, lakukan pembacaan. Berikutnya lakukan hal yang sama, dengan posisi balok ukur di empat tepi muka ukur. Hitung selisih pembacaan yang terbesar.

v  Pengukuran kesalahan penunjukan mikrometer luar
a.    sleeve agar penunjukannya sesuai dengan nilai ukur tersebut. Letakkan balok ukur atau gabungan balok ukur di antara kedua muka ukur, lalu putar ratchet hingga muka ukur berhimpit dengan balok ukur2. Hitung selisih antara penunjukan mikrometer dengan panjang balok ukur.
b.    Lakukan pengukuran pada Klausul a dengan beberapa ukuran balok ukur
atau gabungan balok ukur. Ukuran balok ukur atau gabungan balok ukur yang digunakan harus dipilih agar dapat mengukur kesalahan yang terjadi bukan hanya pada posisi ukur yang merupakan kelipatan bilangan bulat dari putaran spindle, melainkan juga posisi-posisi di antaranya. Sebagai contoh, balok ukur atau gabungan balok ukur dengan nilai nominal 2,5 mm, 5,1 mm, 7,7 mm,10,3 mm, 12,9 mm, 15 mm, 17,6 mm, 20,2 mm, 22,8 mm 25 mm dapat digunakan.

v  Pengukuran kesalahan penunjukan mikrometer dalam
Susun balok ukur atau gabungan balok ukur dengan nilai nominal sama dengan
nilai ukur terkecil mikrometer dalam di antara dua jaw tipe rata menggunakan
penjepit balok ukur. Lakukan pengaturan posisi nol mikrometer dalam
menggunakan susunan balok ukur tersebut. Lakukan pengukuran kesalahan
penunjukan dengan menambahkan balok-balok ukur dan menghitung selisih
penunjukan mikrometer dalam dan panjang balok ukur. Lihat Klausul b
untuk menentukan panjang balok ukur yang digunakan.

                       Satu mikrometer sekrup ditetapkan dengan menggunakan satu mekanisme titik nada. Satu fitur yang menarik tambahan dari mikrometer sekrup adalah pemasukkan satu tangkai menjadi bengkok yang terisi secara normal. Orang bisa menggunakan keuntungan mikrometer sekrup untuk menekan material, memberi satu pengukuran yang tidak akurat. Dengan memasang satu tangkai roda bergerigi searah kepada satu tembaga putaran tertentu.
                       Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu benda. Misalnya tebal kertas.Selain mengukur ketebalan kertas, mikrometer sekrup digunakan untuk mengukur diameter kawat yang kecil.
             Skala pada mikrometer dibagi dua jenis :
1.      Skala Utama, terdiri dari skala : 1, 2, 3, 4, 5 mm, dan seterusnya. Dan nilai tengah : 1,5; 2,5; 3,5; 4,5; 5,5 mm, dan seterusnya.
2.      Skala Putar, Terdiri dari skala 1 sampai 50. Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar