Indikator Manusia yang Beragama
Berikut ini akan dijelaskan beberapa indikator manusia yang beragama :
A. Keteguhan Iman
Menurut Haidar, dkk ( Pendidikan Agama Islam, 2011:12) Gambaran keteguhan iman seseorang dapat dilihat dari sikap dan perilakunya.
Orang yang memiliki keteguhan iman akan mampu membentengi dirinya dari perilaku-perilaku tercela yang mungkin bisa mengorbankan keimanannya. Selain itu mereka akan berperilaku positif.
Seseorang yang memiliki keteguhan iman akan selalu berupaya bahwa kehidupan yang ia jalani tidak boleh bertentangan dengan ajaran agama. Iman harus didedikasikan untuk pengabdian kepada Allah.
Banyak orang yang mengorbankan keimanannya karena hal yang bersifat dunia.Orang yang merasakan kemuliaan dan ketinggian hanya karena berbagai kebanggaan duniawi adalah orang-orang yang tertipu.
“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu : wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS: Ali Imran (3) : 14).
Syetan sangat cerdik menipu manusia dengan berbagai kebanggaan duniawi. Syetan menyuruh manusia agar jangan peduli dengan kebanggaan iman sebab itu adalah perkara yang terlalu abstrak dan tidak dapat dilihat secara kasat mata. Sementara itu kebanggaan duniawi bersifat kongkrit dan mudah terukur. Sehingga muncullah gelombang manusia yang masuk ke dalam perangkap syetan. Sehingga jabatan, ilmu dan harta tidak ditemani dan dikontrol secara langsung oleh spirit Iman.
“Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat).” (QS: Al Araf (7) : 17).
Sayyid Qutb menjelaskan kebanggaan iman berpedoman kepada sebuah ayat Al-Qur’an yang berbunyi sebagai berikut:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.” (QS: Ali Imran 139)2.Petunjuk Jalan – Penerbit Media Dakwah – halaman 272
Janji Allah Subhanahu Wata’ala kepada orang beriman :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An Nur (24) : 55).
Iman seseorang kadang-kadang bertambah dan kadang-kadang berkurang. Ini dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor internal ialah faktor dimana kondisi jiwa seseorang kosong dengan nilai-nilai agama. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor di luar jiwa seseorang, misalnya himpitan ekonomi.
AGAR IMAN KITA SENANTIASA TERJAGA, BERIKUT INI CARA MENJAGA KETEGUHAN IMAN MENURUT ABU VHIERAN AL-MUGHIRAH YANG BERSUMBER PADA AL-QURAN DAN AL HADITS :
1. Akrab dengan Al Qur’an
Al Qur’an merupakan petunjuk utama untuk mencapai tsabat (keteguhan iman). Al Qur’an merupakan penghubung yang amat kokoh antara hamba dengan Rabbnya.
Allah Azza wa Jalla telah menjelaskan bahwa diturunkannya Al Qur’an secara berangsur-angsur adalah untuk meneguhkan hati para hambaNya, sebagaimana firman Allah tatkala mem-bantah tuduhan kaum kuffar, “Orang-orang kafir berkata: Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja? Demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami mem-bacakannya secara tartil.”
(Al Furqan : 32)
Diantara alasan mengapa Al Qur’an sebagai sumber utama untuk mencapai tsabat, karena Al Qur’an menanamkan keimanan dan mensucikan jiwa seseorang, diturunkan untuk menen-teramkan hati manusia dan sebagai benteng bagi orang mukmin dalam menghadapi hempasan fitnah.
2. Iltizam dengan Syari’at Islam
Allah berfirman: “Dan sesungguhnya kalau mereka melaksanakan nasehat yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih meneguhkan (hati mereka di atas kebenaran).” (An Nisa : 66)
Jelas sekali, tidak mungkin kita mengharapkan orang-orang yang malas dan tidak melakukan amal shalih dapat memiliki keteguhan iman. Allah hanya akan menunjukkan kepada orang yang beriman dan mengamalkannya, jalan yang lurus.
Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabat senantiasa melakukan amal shalih dan menjaganya secara terus-menerus.
“Barangsiapa memelihara shalat dua belas raka’at (sunnat rawatib), niscaya ia dijamin masuk surga.” (AtTirmidzi 2/273)
3. Mempelajari Kisah Para Nabi
Tentang pentingnya mempelajari kisah para Nabi, Allah berfirman, “Dan Kami ceritakan kepadamu cerita para Rasul agar dengannya Kami teguhkan hatimu.” (Hud : 120)
Mari kita renungkan kisah Nabiyullah Ibrahim Alaihis Salam tatkala dilemparkan ke dalam api. Ibnu Abbas berkata: Ucapan terakhir Ibrahim ketika akan dilemparkan ke dalam api adalah, “Cukuplah Allah sebagai penolongku, Dia adalah sebaik-baik pelindung.” (Al Fath : 29)
Seandainya Anda merenungi firman Allah di atas, tidakkah Anda merasakan adanya tsabat yang meresap ke dalam jiwa Anda? Dalam kisah Musa Alaihis Salam, Allah berfirman: “Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah para pengikut Musa: Sesung-guhnya kita akan benar-benar tersusul. Musa menjawab: Sekali-kali tidak akan tersusul, sesungguhnya Rabbku bersama-ku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku.” (Asy Syu’ara : 61-62)
Bila Anda bayangkan bahwa kisah tersebut terjadi di hadapan Anda, tidakkah Anda merasakan tsabat di dalam hati Anda?
4. Berdoa
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah selalu memohon kepadaNya agar diberi keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam firman Allah: “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan …setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali Imran : 250)
Di antara sifat hamba-hamba Allah yang beriman adalah selalu memohon kepadaNya agar diberi keteguhan iman, seperti doa yang tertulis dalam firman Allah: “Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan …setelah Engkau beri petunjuk kepada kami.” (Ali Imran : 250)
Agar hati tetap teguh, maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam banyak memanjatkan doa berikut ini, “Wahai Dzat pembolak-balik hati, teguhkanlah hatiku pada agamaMu.” (HR. At Tirmidzi)
5. Berdzikir kepada Allah
Dzikir kepada Allah adalah amalan yang paling ampuh untuk mencapai tsabat. Karena pentingnya dzikir ini, Allah memadukan antara dzikir dengan jihad sebagaimana dalam firman-Nya: “Hai orang-orang yang beriman, bila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah dan dzikirlah kepada Allah sebanyak-banyaknya.” (Al Anfal : 45)
Dalam ayat tersebut Allah menjadikan dzikrullah sebagai amalan yang baik untuk mencapai tsabat dalam jihad. Nabiyullah Yusuf Alaihis Salam pun memohon bantuan untuk mencapai tsabat dengan dzikrullah saat dirayu oleh seorang perempuan cantik yang mempunyai kedudukan tinggi. Demikianlah pengaruh dzikrullah dalam memberikan keteguhan iman kepada orang-orang beriman.
Tak seorangpun bisa menjamin dirinya akan tetap terus berada dalam keimanan sehingga meninggal dalam keadaan khusnul khatimah. Untuk itu kita perlu merawat bahkan senantiasa berusaha menguatkan keimanan kita. Makalah ini insya’allah membantu kita dalam usaha mulia itu.
6. Menempuh Jalan Lurus
Allah berfirman: “Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalanKu yang lurus, maka ikutilah dia dan jangan mengikuti jalan- jalan (lain) sehingga menceraiberaikan kamu dari jalanNya.” (Al An’am: 153)
Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mensinyalir bahwa umatnya bakal terpecah-belah menjadi 73 golongan, semuanya masuk Neraka kecuali hanya satu golongan yang selamat (HR. Ahmad, hasan).
Dari sini kita mengetahui, tidak setiap orang yang mengaku muslim mesti berada di jalan yang benar. Rentang waktu 14 abad dari datangnya Islam cukup banyak membuat terkotak-kotaknya pemahaman keagamaan. Berdasarkan banyak keterangan ayat dan hadits , jalan yang benar dan selamat itu adalah jalan Allah dan RasulNya. Sedangkan pemahaman agama yang autentik kebenarannya adalah pemahaman berdasarkan keterangan Rasul Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada para sahabatnya. (HR. Turmudzi, hasan).
Orang yang telah mengikuti paham Ahlus Sunnah wal Jamaah akan tegar dalam menghadapi berbagai keanekaragaman paham, sebab mereka telah yakin akan kebenaran yang diikutinya.
7. Menjalani Tarbiyah
Tarbiyah (pendidikan) yang semestinya dilalui oleh setiap muslim cukup banyak. Paling tidak ada empat macam. Tarbiyah Imaniyah, yaitu pendidikan untuk menghidupkan hati agar memiliki rasa khauf (takut), raja’ (pengharapan) dan mahabbah (kecin-taan) kepada Allah serta untuk menghi-langkan kekeringan hati yang disebab-kan oleh jauhnya dari Al Qur’an dan Sunnah. Tarbiyah Ilmiyah, yaitu pendidikan keilmuan berdasarkan dalil yang benar dan menghindari taqlid butayang tercela.
Tarbiyah Wa’iyah, yaitu pendidi-kan untuk mempelajari siasat orang- orang jahat, langkah dan strategi musuh Islam serta fakta dari berbagai peristiwa yang terjadi berdasarkan ilmu dan pemahaman yang benar. Tarbiyah Mutadarrijah, yaitu pendidikan bertahap, yang membimbing seorang muslim setingkat demi setingkat menuju kesempurnaannya, dengan program dan perencanaan yang matang. Bukan tarbiyah yang dilakukan dengan terburu-buru dan asal jalan.
8. Meyakini Jalan yang Ditempuh
Tak dipungkiri bahwa seorang muslim yang bertambah keyakinannya terhadap jalan yang ditempuh yaitu Ahlus Sunnah wal Jamaah maka bertambah pula tsabat (keteguhan iman) nya. Adapun di antara usaha yang dapat kita lakukan untuk mencapai keyakinan kokoh terhadap jalan hidup yang kita tempuh adalah: Pertama, kita harus yakin bahwa jalan lurus yang kita tempuh itu adalah jalan para nabi, shiddiqien, ulama, syuhada dan orang-orang shalih. Kedua, kita harus merasa sebagai orang-orang terpilih karena kebenaran yang kita pegang, sebagai-mana firman Allah: “Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba- hambaNya yang Ia pilih.” (QS. 27: 59).
9. Berdakwah
Jika tidak digerakkan, jiwa seseorang tentu akan rusak. Untuk menggerakkan jiwa maka perlu dicari-kan medan yang tepat. Di antara medan pergerakan yang paling agung adalah berdakwah. Dan berdakwah merupakan tugas para rasul untuk membebaskan manusia dari adzab Allah. Maka tidak benar jika dikatakan, fulan itu tidak ada perubahan. Jiwa manusia, bila tidak disibukkan oleh ketaatan maka dapat dipastikan akan disibukkan oleh kemaksiatan. Sebab, iman itu bisa bertambah dan berkurang. Jika seorang da’i menghadapi berbagai tantangan dari ahlul bathil dalam perjalanan dakwahnya, tetapi ia tetap terus berdakwah maka Allah akan semakin menambah dan mengokohkan keimanannya.
10. Dekat dengan Ulama
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda: “Di antara manusia ada orang-orang yang menjadi kunci kebaikan dan penutup kejahatan.” (HR. Ibnu Majah, no. 237, hasan)
Senantiasa bergaul dengan ulama akan semakin m…enguatkan iman seseorang. Tercatat dalam sejarah bahwa berbagai fitnah telah terjadi dan menimpa kaum muslimin, lalu Allah meneguhkan iman kaum muslimin melalui ulama. Di antaranya seperti diutarakan Ali bin Al Madini Rahima-hullah: “Di hari riddah (pemurtadan) Allah telah memuliakan din ini dengan Abu Bakar dan di hari mihnah (ujian) dengan Imam Ahmad.”
Bila mengalami kegundahan dan problem yang dahsyat Ibnul Qayyim mendatangi Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah untuk mendengarkan berbagai nasehatnya. Serta-merta kegundahannya pun hilang berganti dengan kelapangan dan keteguhan iman ( Al Wabilush Shaib, hal. 97).
11. Meyakini Pertolongan Allah
Mungkin pernah terjadi, seseorang tertimpa musibah dan meminta pertolongan Allah, tetapi pertolongan yang ditunggu-tunggu itu tidak kunjung datang, bahkan yang dialaminya hanya bencana dan ujian. Dalam keadaan seperti ini manusia banyak membutuh-kan tsabat agar tidak berputus asa. Allah berfirman: “Dan berapa banyak nabi yang berperang yang diikuti oleh sejumlah besar pengikutnya yang bertaqwa, mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Dan Allah menyukai orang-orang yang sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan, Ya Rabb kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebihan dalam urusan kami. Tetapkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan pahala yang baik diakherat. ” (Ali Imran: 146-148)
12. Mengetahui Hakekat Kebatilan
Allah berfirman: “Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir yang bergerak dalam negeri .” (Ali Imran: 196) “Dan demikianlah Kami terang-kan ayat-ayat Al Qur’an (supaya jelas jalan orang-orang shaleh) dan supaya jelas (pula) jalan orang-orang yang berbuat jahat (musuh-musuh Islam).” (Al An’am: 55) “Dan Katakanlah, yang benar telah datang dan yang batil telah sirna, sesungguhnya yang batil itu pastilah lenyap.” (Al Isra’: 81)
Berbagai keterangan ayat di atas sungguh menentramkan hati setiap orang beriman. Mengetahui bahwa kebatilan akan sirna dan kebenaran akan menang akan mengukuhkan seseorang untuk tetap teguh berada dalam keiman-annya.
B. Konsistensi dalam Mentaati Ajaran Agama
Dalam menjalankan agama kita harus konsisten. Al Quran mengajarkan kepada kita untuk konsisten memegang iman dan menjalankan ajaran agama dengan baik. Karena dengan kekonsistenan beragama Allah akan memberikan balasan yang lebih baik bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat. Firman Allah SWT dalam surat Al Ahqaf ayat 13 :
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita”
Agama yang seharusnya dipeluk adalah adalah agama yang yang bisa memberikan kebaikan dan kenyamanan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara melalui sikap dan perilaku yang toleran dan mengakui perbedaan.
Ketika kita memeluk agama, seharusnya kita menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya. Kita harus konsisten mentaati semua ajaran tersebut.
Dalam beragama juga terdapat pilar-pilar yang dapat memberikan indikator apakah seseorang telah beragama secara menyeluruh ataukah parsial saja. Pilar tersebut mengadopsi pada pilar pendidikan menurut UNESCO yang dalam ilmu agama dapat disandingkan dengan istilah ilmu, amal, dan ihsan. Pilar-pilar yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Learning to know (Belajar mengetahui)
Dalam agama seseorang harus memiliki pengetahuan yang memadai untuk dapat menjalankan ajaran agama dengan baik. Seperangkat ilmu untuk menunjang kesempurnaan dalam beragama perlu dikuasai dengan baik agar tidak keliru dan agar beragamanya juga lebih berkualitas karena didasarkan pada ilmu.
2. Learning to do (Amal)
Agama tidak sekedar untuk diketahui akan tetapi perlu dilakukan secara konkrit atau diamalkan dalam bentuk ibadah-ibadah ritual dan sosial. Orang yang beragama hanya pada tahap pengetahuan saja tanpa ada pengamalan maka ia tidak termasuk orang yang konsisten.
3. Learning to be (Ihsan secara pribadi)
Agama yang telah diketahui dan diamalkan harus dapat membentuk kepribadian yang baik bagi seseorang yang telah beragama. Artinya agama yang telah dilakukan harus memberikan implikasi positif dalam membentuk sikap dan perilaku seseorang.
4. Learning to live togethe r (Ihsan secara sosial)
Orang yang beragama melalui level pertama, kedua, dan ketiga harus mampu mengaktualisasikan dalam kehidupan sosial yang baik, harmonis, dan memberikan manfaat bagi orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar